Penulis : Paradigma Kajian Ilmu Sastra
judul artikel : Paradigma Kajian Ilmu Sastra
Paradigma Kajian Ilmu Sastra
Paradigma Kajian Ilmu Sastra
Dari awal pertumbuhannya hingga saat ini, kajian
ilmu sastra memperlihatkan pola – pola pemikiran yang bermacam – macam. Kajian
sastra menurut Abrams terdiri dari empat paradigma yaitu pendekatan pragmatik,
objektif, mimetik, dan ekspresif.
Pendekatan obyektif merupakan pendekatan dalam
kajian sastra dengan menjauhkan hal – hal yang berbau subjektif dan lebih
menekankan sastra pada teks sastra tersebut. Pendekatan obyektif ini
dipengaruhi oleh filsafat positivisme dimana filsafat ini lebih menekankan
netralitas dan objektivitas keilmuan. Karena pengaruh dari positivisme
tersebut, pendekatan ini dianggap telah memenuhi persyaratan keilmuan karena
telah berhasil mengembangkan metode dan sistem keilmuan agar memahami teks
sastra. Kelemahan pendekatan ini adalah bersifat a historis.
Pendekatan Ekspresif dalam kajian sastra memiliki
anggapan bahwa karya sastra yang pertama dan utama adalah ekspresi atau
pernyataan batin. Pendekatan ini merupakan pendakatan yang sudah tua dalam
sejarah sastra dan juga menjadi pendekatan yang paling mapan menurut Wellek dan Warren. Pendekatan ini bisa
dikatakan sebagai studi sistematis tentang proses kreatif dan psikologi
pengarang. Teori ini juga menekankan data historik dan biografik dari si
pengarang karena dipandang bisa membantu memberi penjelasan tentang penciptaan
karya sastra dan maknannya.
Pendekatan Mimetik
beranggapan bahwa ilmu sastra merupakan ekspresi sekaligus bagian dari
masyarakat. Dengan demikian, pendekatan ini memiliki keterkaitan yang resiprokal
dengan nilai dan resiprokal dengan jaringan sistem di dalam masyarakat.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling tua karena sudah dikembangan
sejak sebelum masehi. Namun, sampai saat ini masih tetap menjadi bidang ilmu
yang cukup muda dan berhubungan dengan kemapanan dan kemantapan teori ini untuk
mengembangkan alat analisis sastra.
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian
sastra yang lebih menekankan aspek pembaca. Awalnya pendekatan ini dikembangkan
oleh Mazhab Konstanz pada tahun 60an di Jerman. Pendekatan ini menggeserkan
fokus dari struktur teks menujupenikmatan dalam membaca. Setelah itu, Mazhab
Konstanz juga meneruskan penelitian fenomenologi, strukturalisme Praha, dan
hermeneutika.
Saat ini muncul paradigma baru dalam penelitian
ilmu sastra yang tidak dapat masuk ke dalam paradigma Abrams yaitu pendekatan
New Historicism. Pendekatan ini merupakan salah satu bidang Cultural Studies.
Demikianlah Artikel Paradigma Kajian Ilmu Sastra
the life of the muslim world Paradigma Kajian Ilmu Sastra, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "Paradigma Kajian Ilmu Sastra"
Post a Comment