Penulis : Upacara Adat Ngalaksa
judul artikel : Upacara Adat Ngalaksa
Upacara Adat Ngalaksa
Upacara
Adat Ngalaksa
Penulis:
Paula
Ngalaksa
merupakan salah satu kebudayaan Sunda yang berhubungan dengan pertanian.
Upacara ini biasanya dapat dijumpai di daerah Ranca Kalong, Sumedang yang masih
melakukan upacara adat ini. Upacara Ngalaksa dilakukan dengan membawa padi ke
lumbung. Padi dibawa dengan bambu panjang berlubang yang disebut dengan
rengkong. Sekilas, upacara adat ini hampir sama dengan upacara adat Seren Taun.
Upacara
Ngalaksa biasanya dilakukan setiap bulan Juni. Salah satu hal menarik dari
upacara adat ini adalah bunyi musiknya yang memiliki ritme sama dengan langkah
orang – orang yang berjalan yaitu dari rengkong yang digoyang – goyang. Selain
itu, untuk melengkapi jalannya upacara ini juga digelar kesenian tarawangsa
selama seminggu.
Upacara
adat ini dilakukan sebagai ucapan rasa syukur pada Tuhan atas hasil panen.
Upacara Ngalaksa biasanya jatuh pada tanggal 13 Juli. Satu sajian paket upacara
Ngalaksa terdiri dari kegiatan menumbuk padi atau mesel, membersihkan beras
nipung atau ngisikan, atau membuat tepung adonan dan merebusnya. Setelah jadi
laksa, kemudian dibagikan pada tamu undangan dan warga. Rangkaian – rangkain
acara tersebut selalu diiringi dengan musik tarawangsa.
Dalam
sejarahnya, upacara adat Ngalaksa adalah warisan dari nenek moyang atau leluhur
jaman dulu dimana masyarakat di Rancakaling yang kehidupannya sebagai petani
mengalami musibah yaitu tanaman padinya tidak bisa dipanen. Mereka dilanda
paceklik dan tidak mempuntai bibit untuk ditanam karena padinya telah habis
dikonsumsi oleh rakyat.
Agar
tidak terjadi kelaparan, tokoh masyarakat atau sesepuh di Rancakalong meminta
masyarakat menanam Hanjeli untuk menggantikan padi yang ternyata berhasil
dipanen dan memberikan hasil yang melimpah. Namun, suatu ketika ada seorang
anak yang meninggal di dalam gudang tertimbun hanjeli. Tokoh masyarakat atau
sesepuh disana kemudian memutuskan untuk tidak menamam hanjeli lagi dan menganjurkan
warga agar kembali menanam padi.
Bibit
pada waktu itu konon hanya terdapat di Mataram. Untuk mendapatkannya begitu
sulit karena penguasa Mataram tidak mengijinkan padi di wilayahnya dibawa
keluar Mataram. Untuk mendapatkannya, Sesepuh di Rancakaling mengutus Embah
Wina Ngara dan Embah Reguna untuk ke Mataram. Karena kecerdikannya mengelabui petugas,
keduanya berhasil membawa bibit padi dan sejak saat itu masyarakat dapat
kembali menanam padi.
Demikianlah Artikel Upacara Adat Ngalaksa
the life of the muslim world Upacara Adat Ngalaksa, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "Upacara Adat Ngalaksa"
Post a Comment