Penulis : Wayang Ajen, Lakon dengan Pesan Moral 'Kekinian'
judul artikel : Wayang Ajen, Lakon dengan Pesan Moral 'Kekinian'
Wayang Ajen, Lakon dengan Pesan Moral 'Kekinian'
Wayang Ajen, Lakon dengan Pesan Moral 'Kekinian'
TEMPO.CO, Ciamis - Sebagian masyarakat mungkin belum mengenal Wayang Ajen. Namun siapa sangka, Wayang Ajen ini sudah dipentaskan di 50 negara.
"Kita dihargai internasional. Wayang Ajen sudah main di 50 negara," kata pencipta Wayang Ajen, Wawan Gunawan sebelum pementasan wayang di lapangan Desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu malam, 4 Juni 2016.
Menurut Wawan, Wayang Ajen memiliki perbedaan dengan Wayang Golek. Salah satunya adalah pada penataan panggung. Wawan menjelaskan, Wayang Ajen memakai pendekatan multimedia dan teknologi.
Artistik tata panggung, kata Wawan, tidak hanya sebagai dekoras atau sekadar pelengkap pertunjukan. Tetapi punya nilai jual sebagai promosi agar menarik minat orang menyukai wayang. "Panggung memakai teknologi. Konsep penataan wayang juga memakai teknologi. Bisa dilihat, masyarakat bisa selfi dengan wayang," kata Wawan.
Alur cerita dalam Wayang Ajen mengikuti perkembangan zaman. Jika sedang ramai membahas pelecehan seksual kepada anak, kata Wawan, makan masalah itulah yang akan dibahas dalam pertunjukan wayang.
"Ramayana, Mahabrata sebagai patron, sebagai sumber inspirasi, tapi lakon yang penting dalam wayang ini adalah pesan moralnya. Yang aktual sekarang apa, update apa, isu apa. Kita lakon seperti itu, yang update di media, muncul di Wayang Ajen," kata Wawan.
Dengan Wayang Ajen, Wawan berusaha mendekatkan wayang kepada masyarakat dan generasi muda. Orang bisa memegang wayang atau sekadar berfoto selfi dengan wayang. "Dulu susah banget, d-iprotect, ada jurang pemisah, dianggap tabu, orang pegang wayang takut rusak. Itu yang menjauhkan mengapa wayang tidak disukai generasi muda," tutur Wawan.
Hal-hal seperti itu berusaha dibalikkan dalam pertunjukan Wayang Ajen. "Bagaimana bisa sentuh wayang, bisa jalan, muterin panggung. Ini konsep pariwisata, ini pameran," ujar pria yang akrab disapa Wawan Ajen ini.
Wawan lebih lanjut menjelaskan, kata Ajen berasal dari bahasa Sunda yang artinya nilai atau harga. Ngajenan, kata dia, artinya saling menghargai. "Bagaimana kita saling menghargai, dan menjaga kebersamaan," kata dia.
Wayang Ajen diciptakan Wawan dan rekannya Arthur S Nalan pada 1999. Wayang ini baru bisa dipentaskan setahun kemudian.
Wawan menargetkan, pada 2025 Wayang Ajen baru dikenal masyarakat. Ternyata respons masyarakat kepada wayang ini sangat bagus. "Sekarang sudah dikenal, artinya itu ada lompatan-lompatan, keseriusan," kata dia.
Wawan meminta masyarakat membuang jauh-jauh pemikiran yang menganggap wayang itu kampungan. Dia mempunyai tagline untuk wayang, "Jadi gini, nonton Wayang Ajen gaul, tidak nonton Wayang Ajen tidak gaul," katanya
Demikianlah Artikel Wayang Ajen, Lakon dengan Pesan Moral 'Kekinian'
the life of the muslim world Wayang Ajen, Lakon dengan Pesan Moral 'Kekinian', mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "Wayang Ajen, Lakon dengan Pesan Moral 'Kekinian'"
Post a Comment