Penulis : Turunnya Quran dan Lailatul Qadar
judul artikel : Turunnya Quran dan Lailatul Qadar
Turunnya Quran dan Lailatul Qadar
NUZULUL QUR'AN & LAILATUL QADAR ; Pembacaan Ulang.
Cost Acne Treatment With Laser
Mayoritas ulama sepakat bahwa Nuzulul Qur'an jatuh pada tanggal 17 Romadhan. Beda halnya yang diyakini oleh beberapa ulama ahli hikmah dan falakiyyah.
Menurut beliau-beliau, Nuzulul Qur'an terjadi pada saat Lailatul Qadar, dan saat itu bertepatan dengan tanggal 27 Romadhan tahun 13 Sebelum Hijriyah (SH). Berdasar hitungan kalender, pada tahun tersebut tanggal 1 Muharram nya jatuh pada hari Selasa, sedangkan tanggal 1 Romadhannya jatuh pada hari Ahad.
Jika tanggal 1 Romadhannya jatuh pada hari Ahad, maka dengan demikian Tanggal 27 Romadhan jatuh pada Malam Jum'at. Disaat itulah Al Qur'an diturunkan (Nuzulul Qur'an), yang juga saat terjadinya Lailatul Qadar.
Hal ini berdasarkan :
Mayoritas ulama sepakat bahwa Nuzulul Qur'an jatuh pada tanggal 17 Romadhan. Beda halnya yang diyakini oleh beberapa ulama ahli hikmah dan falakiyyah.
Menurut beliau-beliau, Nuzulul Qur'an terjadi pada saat Lailatul Qadar, dan saat itu bertepatan dengan tanggal 27 Romadhan tahun 13 Sebelum Hijriyah (SH). Berdasar hitungan kalender, pada tahun tersebut tanggal 1 Muharram nya jatuh pada hari Selasa, sedangkan tanggal 1 Romadhannya jatuh pada hari Ahad.
Jika tanggal 1 Romadhannya jatuh pada hari Ahad, maka dengan demikian Tanggal 27 Romadhan jatuh pada Malam Jum'at. Disaat itulah Al Qur'an diturunkan (Nuzulul Qur'an), yang juga saat terjadinya Lailatul Qadar.
Hal ini berdasarkan :
- di dalam Surat Al Qadar, kata "Lailatul Qadar" terulang 3 kali, yakni pengkalian 3x9 = 27.
- Surat Al Qadar terdiri dari 30 kata. Atau sebilangan hari dalam sebulan (dalam kalender Qomariyyah). Dan bahwa kalimat "HIYA" yang merupakan dhomir mu'annas ghoibah dan kembalinya pada kata "Lailatul Qadar", terletak di kata yang ke 27 dari Surat Al Qadar.
- Qoidah Hisabiyyah Falakiyyah yang dirumuskan oleh beberapa ulama, seperti Syaikh Abd. Fattah As Sayyid Abduh At Tukhi dalam kitabnya "Al Futuh Ar Robbani", menunjukkan pada hal tersebut. Yakni sebuah Qoidah untuk mengetahui datangnya Lailatul Qadar berdasar pada hari pertama bulan Romadhan dan jenis tahunnya. Misalkan tanggal 1 Romadhan 1437 H jatuh pada hari Senin, dimana tahun 1437 adalah tahun Fardiyyah (tahun yang jika di bagi 2 bersisa 1). Lawannya Fardiyyah adalah Zaujiyyah (tahun yang habis jika dibagi 2), Maka Lailatul Qadar 1437 H akan terjadi pada malam 21.
Rumusnya adalah seperti ini :
- Untuk Tahun Fardiyyah : jika tanggal 1 Romadhan jatuh hari Ahad, Lailatul Qadar (LQ) terjadi pada malam 29. Jika jatuh hari Senin, LQ malam 21. Hari Selasa, LQ malam 27. Hari Rabu, LQ malam 19. Hari Kamis, LQ malam 25. Hari Jumat, LQ malam 17. Hari Sabtu, LQ malam 23.
- Untuk Tahun Zawjiyyah : jika tanggal 1 Romadhan jatuh hari Ahad, Lailatul Qadar (LQ) terjadi pada malam 27. Jika jatuh hari Senin, LQ malam 19. Hari Selasa, LQ malam 25. Hari Rabu, LQ malam 17. Hari Kamis, LQ malam 23. Hari Jumat, LQ malam 29. Hari Sabtu, LQ malam 21.
Berdasar Qoidah dan perumusan ini, maka Turunnya Al Qur'an yang juga bersamaan dengan turunnya Lailatul Qadar saat itu adalah terjadi pada Tanggal 27 Romadhan, malam Jumat.
*****
"Antara Angka 27 Dengan Zikir Khofi-Zikir Jahar".
Kebetulankah kalau Alloh turunkan Al Qur'an pada tanggal 27? Maha Suci Dia dari sifat kebetulan.
Sayyid Abah Aos menyatakan, hakikat ayat Al Qur'an pertama yang diturunkan adalah Zikir Khofi dan Zikir Jahar. "Iqro" menunjukkan zikir Jahar. "Bismi" menunjuk pada Zikir Khofi.
Zikir Khofi adalah dengan 2 Nama Agung. Sedangkan Zikir Jahar menggunakan Kalimat :
لا اله الا الله، (سيدنا) محمد رسول الله
yang terdiri dari 7 kata.
Lihatlah, bahwa kedua zikir ini adalah esensi dari angka 27 (2 dan 7). Atau 8 kata jika kata "Sayyiduna" diikutsertakan. Maka, tidak ada yang kebetulan jika kesesuain tanggal masehi dengan tanggal 27 Romadhan (misalkan tanggal 14 Juli 1978 dengan 27 Romadhan) hanya terulang 782 tahun sekali saja.
7 adalah kalimat Zikir Jahar "Laa Ilaha illalloh~Muhammadur Rosululloh". 8 merupakan jumlah kata dalam kalimat "Laa Ilaha illalloh~Sayyiduna Muhammadur Rosululloh" Dan angka 2 adalah jumlah Nama yang digunakan dalam Zikir Khofi.!!!
*****
Dalam Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) PP. Suryalaya, kita diajarkan melalui Syaikh Mursyid untuk selalu mengaktifkan zikir khofi dengan zikir " ****** ". Nama-Nya disebut dua kali dengan persambungan "hu"nya.
Jika nilai Abjadiyyah Nama ALLOH adalah 66 (alif=1, lam=30, lam=30, ha=5), maka jika dua kali dibaca menjadi 66-66. Dideretkan menjadi 6666.
Dan angka ini sama dengan jumlah ayat dalam Al-Qur'an sebagaimana disebut oleh para Ulama Mutaqoddimin.
Itulah mengapa Pangersa Syaikh Mursyid Muhammad Abdul Ghaos Saifulloh Maslul Al Qodiri An Naqsyabandi Al Kamil (Abah Aos), pernah menyampaikan kepada kami bahwa "HU" dalam zikir khofi itu adalah HU dalam ayat "inna anzalnaaHU fii Lailatil Qodr" (Sesungguhnya Kami menurunkan HU di saat Lailatul Qadar).
Padahal para ulama mengembalikan Dhomir HU dalam ayat tadi kepada Al Qur'an. Adakah yang bertentangan? Ternyata tidak sama sekali, sebab HU yang dikembalikan pada Zikir Khofi sama dengan Al Qur'an. Maksudnya zikir yang deretan nilainya adalah 6666 sama dengan jumlah ayat dalam Al Qur'an. Alloh yang disebut dalam zikir khofi adalah Tuhan yang firman-Nya tertulis dalam Al Qur'an.
Muncul pertanyaan, berdasar hitungan manual maupun digital, ternyata jumlah ayat dalam Al Qur'an tidak sampai 6666 ayat, melainkan hanya 6236? Itu artinya ada selesih 430. Salahkah penghitungan para ulama mutaqoddimin itu? Atau adakah pesan yang disisipi oleh mereka dari selisih tadi?.
Kalau salah jelas tidak, karena yang pandai menghitung bukan cuma kita saja orang-orang dari generasi sekarang. Para ulama terdahulu pun mempunyai keahlian yang sama kendati belum ada mesin kalkulator atau komputer.
Angka 430 sengaja disisipi karna didalamnya ada pesan penting untuk kita, dan ini terkait dengan baginda Muhammad saw, sang pembawa Al Qur'an.
Sekarang kata "Muhammad" kita urai yang terdiri dari huruf "mim, ha, mim, dal".
Sekarang kita larikan ke surat dalam Al Qur'an.
"mim" huruf ke 24 -----> surat ke 24 jumlah ayat 64
"ha" huruf ke 6 -------> surat ke 6 jumlah ayat 165
"mim" huruf ke 24 -----> surat ke 24 jumlah ayat 64
"dal" huruf ke 8 -------> surat ke 8 jumlah ayat 75.
kita jumlahkan nomor surat dan jumlah ayat :
24 + 64 = 88 ( an Nur)
6 + 165 = 171 ( Al An'am)
24 + 64 = 88 (an Nur)
8 + 75 = 83 (Al Anfal)
------+
430
Lihatlah, betapa menyeluruhnya ilmu para ulama terdahulu. Seakan-akan ingin mengatakan bahwa ada cahaya dan sirr nya baginda Muhammad yang tidak boleh dilupakan, apalagi ditinggalkan dalam Al Qur'an. Dan penyempurnaan jumlah ayat 6236 dengan nur Muhammad 430, sehingga menjadi 6666, merupakan ketersambungan dengan zikir yang harus ada disetiap hati manusia, yang tanpanya tidak akan bisa sampai ibadah apapun kepada-Nya, tidak akan berarti apapun di sisi-Nya. Zikir yang nilai deretan angkanya adalah 6666.!!!.
*******
Jadi bisa difahami jika bagi kami, makna hakikat turunnya Lailatul Qodar adalah saat dimana kami di Talqin Zikir. "HU" dalam "Inna Anzalna-HU fii Lailatil Qodar" (Sesungguhnya Kami menurunkan HU di saat Lailatul Qadar), yang saat itu jatuh pada tanggal 27 Romadhan, adalah kalimat dan Nama Zikir yang di talqinkan oleh Syaikh Mursyid. Itulah makna Lailatul Qodar bagi kami para ikhwan TQN PP Suryalaya.
Dan siapapun yang sudah memiliki dan tlah ditanamkan zikir ini, maka Lailatul Qadar sudah bersamanya...
(Radio Dalam, 17 Romadhan 1437 H)
Demikianlah Artikel Turunnya Quran dan Lailatul Qadar
the life of the muslim world Turunnya Quran dan Lailatul Qadar, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "Turunnya Quran dan Lailatul Qadar"
Post a Comment