Penulis : Tetesan Air Mata Ibu Tahun 1974
judul artikel : Tetesan Air Mata Ibu Tahun 1974
Tetesan Air Mata Ibu Tahun 1974
Tetesan Air Mata Ibu Tahun 1974
Penulis: Paula
Salah satu film melankolis terbaik Indonesia yang tidak
kalah sukses dengan Ratapan Anak Tiri adalah film berjudul Tetesan Air Mata
Ibu. Film ini menggambarkan kemalangan nasib pemeran utamanya yang diurai
sepanjang cerita film. Cerita ini memang menjadi resep yang sangat ampuh untuk
memikat para penggemar film pada masa itu.
Tetesan Air Mata Ibu dibintangi oleh Emilia Contessa yang
juga seorang penyayi pop saat itu, Tatiek Tito dan Fifi Young. Walaupun
sepanjang ceritanya memang memilukan film ini berakhir dengan kebahagiaan.
Dalam cerita tersebut, Yuningsih yang diperankan oleh
Tatiek Tito adalah sosok gadis yatim piatu yang miskin. Ia adalah seorang
pemain sandiwara keliling. Yuningsih berhasil menjadi primadona dalam sandiwara
keliling.
Kemudian ada seorang pria bernama Suparta yang diperankan
oleh Andy Auric. Suparta adalah keturunan ningrat. Ia jatuh hati kepada
primadona sandiwara keliling tersebut. Ibu Suparta yang mengetahui hal tersebut
menentang hubungan anaknya tersebut dengan Yuningsih dan berusaha memisahkan
mereka. Namun Suparta pun tetap bersikeras untuk menikahi Yuningsih karena ia
benar – benar mencintai perempuan itu. Akhirnya Suparta pun menikahi Yuningsih
yang sudah hamil.
Ibu Suparta nampaknya tidak menyerah begitu saja. Ia
masih berusaha untuk memisahkan pasangan muda tersebut. Ibu Suparta pun
menyuruh rombongan sandiwara keliling tersebut cepat pindah tempat. Tidak lama
kemudian, hubungan percintaan Suparta dan Yuningsih pun harus dipisahkan oleh
maut karena Suparta gugur dalam revolusi.
Kematian Suparta ini bukan menjadi akhir dari cerita
karena ibu Suparta tidak hanya berhenti di situs saja untuk mengusik kehidupan
Yuningsih karena ibu mertuanya tersebut mengambil anaknya yang merupakan hasil
hubungannya dengan Suparta. Yuningsih pun tidak dapat berbuah apa – apa.
Lebih parahnya lagi, Yuningsih kemudian dijual oleh
majikannya kepada saudagar yang kaya. Walaupun Yuningsih hidup berkecukupan, ia
masih tetap merindukan buah cintanya dengan Suparta. Ia berharap agar bisa
bertemu dengan anaknya. Akhirnya kerinduan Yuningsih pun bisa terobati karena
18 tahun kemudian ia melihat anaknya tampil sebagai penyanyi terkenal dalam
sebuah pertunjukan.
Demikianlah Artikel Tetesan Air Mata Ibu Tahun 1974
the life of the muslim world Tetesan Air Mata Ibu Tahun 1974, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "Tetesan Air Mata Ibu Tahun 1974"
Post a Comment