DIRACUN CINTA

DIRACUN CINTA - Hallo sahabat the life of the muslim world, pada kesempatan kali ini, kami akan bebragi ilmu tetang islam yang berjudul DIRACUN CINTA, saya telah menyediakan semaksimal mungkin, artikel ini sehingga bisa bermanfaat untuk sahabat sekalian, maka dari itu jangan sungkan untuk komentar dan membagikan tulisa ini kempada yang lainnya.

Penulis : DIRACUN CINTA
judul artikel : DIRACUN CINTA

lihat juga


DIRACUN CINTA

1
Ditinggalkan

Berbicara soal wanita. Siapa sih dia wanita yang selalu dipuja-puja pria sehingga dapat melebihi segalanya, menjadikannya malam tambah panjang karena terus memikirkannya. Wanita, apakah memang kau telah sengaja diciptakan, seperti Adam yang telah mendapat anugrah dari tuhan dengan diciptakannya Hawa dari tulang rusuknya. Ini merupakan sejarah awal manusia merasakan apa yang dinamakan cinta, itu pun semenjak setan berhasil menggoda mereka untuk memakan buah larangan tuhan, dan semenjak itu semua aurat mereka terbuka yang kemudian diturunkan ke dunia.
Siksaan awal dari cinta yang pertama adalah ketika Adam dan Hawa ini diturunkan ke dunia dengan jarak yang berjauhan, serta memakan banyak waktu untuk bertemu. Ratusan tahun mereka merasakan rasa rindu, sedih dan duka. Mereka berlari kesana kesini dengan saling menyerukan nama mereka masing-masing.
Wanita. Segala keindahan telah dianugrahkan kepadanya, paras yang lembut, perasaan, cinta kasih dan kehangatan yang semuanya dapat membuat lelaki terpesona sehingga mati-matian untuk mendapatkan mereka. Didalam usaha untuk mendapatkan wanita, tentunya beribu rintangan yang harus dihadapi oleh kaum Adam. Kelicikan wanita yang mencintai pria, sehingga menghalangi si pria untuk mencintai wanita lain, campur tangan orang tua, masalah agama, pendidikan, materi dan semua seluk beluk permasalahan yang sering dihadapi kalian wahai kaum turunan Adam dan Hawa.
Kedewasaan yang rata-rata digumamkan oleh mereka sebagai pondasi percintaannya, sehingga rasa dewasa itu pun sering dijadikan tolak ukur untuk percintaan. Dewasa, apa sih dewasa, akupun sendiri belum tahu apa itu dewasa. Bergaul dengan orang tua?, berpengalaman luas, pendidikan tinggi? Semuanya bohong. Dewasa menurutku segala akhir kehidupan manusia, dimana akhir itu bukan segalanya tetapi akhir untuk awal kehidupan yang baru untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di dunia tentunya MATI namanya. Itulah titik akhir kedewasaan dan dapat dikatakan kesempurnaan kedewasaan.
Pencapaian kedewasaan dalam percintaan antara kaum turunan Adam dan Hawa ini ada pula yang menyebutkan dengan hadirnya rasa tanggung jawab. Tanggung jawab pergaulan, pendidikan, dan lainnya yang semuanya rata-rata hanya omong kosong belaka. Ambil contoh seorang keturunan Adam yang sedang merayu Hawa dengan semua gombalannya, pemberian sekuntum bunga, dan semua kata-kata untuk meyakinkan si Hawa ini, hingga akhirnya Hawa terkulai oleh Adam yang bertopeng anjing yang dengan lincahnya ia bermain di atas perut sang Hawa dengan tarian dan nyanyian kerinduan yang bohong semata, yang nyatanya hanya sebuah pelampisan napsu binatang yang hadir pada si turunan Adam ini. Tentunya ada peranan penting dari Sang Setan hingga terjadinya kejadian yang diinginkan ini tapi tentunya tidak seharusnya demikian.
Dalih Adam “aku akan bertanggung jawab atas segala yang telah ku lakuakan padamu hawa” katanya, tapi nyatanya ia lari dengan senyum anjing yang bertopeng anjing sambil membersihkan kelamin dan cuci tangan yang disertai lambaina tangan “dadah gadis bodoh” katanya. Memang si gadis bodoh, mau saja diajak menari oleh ajag liar, tanpa memikirkan akibatnya, apa memang karena ia merasa yakin dengan apa yang telah diutarakan oleh si Anjing itu? Tentunya tujuh puluh prosen….yaaaa. Mereka para wanita mengatakan hal itu tapi mungkin justru sebaliknya. Tapi tentunya ini hanya dialami oleh setengah dari sekian banyak jumlah wanita di bumi ini, atau mungkin tiga per empatnya barangkali. Memang benar apa yang dikatakan Malaykat, jika Adam dan Hawa turun ke dunia maka akan hancurlah dunia ini. Ya sudahlah yang terjadi biar terjadi, kita tinggal bercermin atas segala apa yang telah dialami baik atau buruk kejadian itu.
Tapi aku belum selesai dengan cerita ini, ada banyak yang ingin ku ceritakan. Kembali ke cerita tentang si gadis yang ditinggal anjingnya. Awalnya telah saya katakana bahwa hawa memang sudah terlena karena sifat si anjing itu yang romantis yang pandai membawa payung kehidupan dan bunga-bunga menyegarkan tentang percintaan yang semuanya itu bohong belaka. Kita ceritakan perjalanan si Anjing yang sedang bersenandung cinta yang kedua atau mungkin yang ke seratus, tapi kali ini Anjing telah menaggalkan topengnya lagi, berganti judul hidup, format baru, nama baru dan tentunya gombalan baru. Gombal, kata ini dapat diibaratkan senjata Kunta yang sangat ampuh bagi Arjuna dan Karna, tapi sayangnya saat ini digunakan untuk meluluh lantahkan hati wanita.




2
Korban Ke Dua

Dengan senyuman dan lirikan serta kerlingan mata, DwiN berhasil memikat satu hawa yang lainnya, ia terlena, terpesona dengan semua tingkah DwiN yang memancarkan keindahan bagai matahari yang setia terbit di timur dengan ditutupi awan hitam di belakangnya tanpa sepengetahuan siapa pun. Sungguh kasihan gadis ini. Sebut saja namanya Susi, ia tinggi dengan rambut agak keriting tetapi hitam bagaikan arang dan tentunya bercahaya. Saya di sana saat itu, saya selalu mendapingi mereka. “Sepi bila tanpa kamu” kata mereka. Jadi selama ini aku dijadikan bahan supaya mereka tetap ceria, tapi tak apalah.
Waktu sudah menunjukan pukul lima sore, DwiN bersiap untuk menjemput Susi yang kebetulan bekerja di perusahaan kue di kota itu. Mobil DwiN sudah diparkir di samping toko kue. Susi melambaikan tangan dengan pakaian warna kuning bercorak merah, celan merah ati, rambut yang keriting ia ikat, tak lupa topi khas toko kue tersebut ia kenakan.
 “kemana kita sekarang!” Susi memulai pembicaraan.
“kita jalan-jalan” jawab DwiN.
Sabuk pengaman sudah dikenakan, mobil sudah distart kemudian menuju tempat yang tentunya sudah menjadi kebiasaan DwiN membawa mangsanya bertamasya. Kali ini DwiN membawanya ke sebuah pabrik tua, bekas pemintalan kapas yang letaknya tidak jauh dari rumah Susi. Segala persoalan yang pernah dihadapi DwiN kali ini dengan anehnya ia ceritakan kepada Susi, biasanya ia jarang berceritra apa-apa terhadap mangsanya. Mungkin kali ini ia benar-benar cinta, tapi itu semua tetap gombal dan tak dapat dipercaya, barangkali saja ia hanya ingin meyakinkan si Susi ini. Pertama kali DwiN mengenal Susi ketika ia di bangku SMA. Waktu itu semua anak telah kecapaian karena olah raga yang diwajibkan untuk memenuhi ujian akhir ketika duduk di kelas satu. DwiN duduk santai meregangkan kaki, kecapaian setelah olah raga. Angin sepoy menghiasi hati DwiN yang sedang duduk itu. Maka berlalulah sang hawa yang bernama Susi memakai kaos olah raga, sama dengan apa yang dipakai DwiN. Sungguh memesona ketika itu. Harum keringat bercampur parfum yang menyengat dan membasahi tubuh Susi, tercium oleh DwiN. Mata melotot dengan desah napas yang seperti hendak berhenti.
 “siapakah gerangan yang berlalu itu, sungguh harum keringatnya, dan indah parasnya” DwiN bergumam.
Tapi disambut dengan ucapan “Dia Susi anak kelas 1.9” jawab  Anwar. “ia memang gadis yang banyak diperebutkan, kemarin saja dua anak dipanggil ke kantor karena berkelahi karena memperebutkannya. Sudahlah kamu jangan berharap kepadanya, bukanya kamu sudah punya”.
Memang waktu itu DwiN sudah memiliki kekasih yang kali ini telah ia tinggalkan demi kesenangannya itu, padahal ia sudah menikmati wanita itu lebih dari dua tahun.
Berbicara soal  waktu kali ini Aku, DwiN, Susi, Anwar dan gadis yang menjadi koraban DwiN sudah di jenjang yang lebih tinggi. Memang kali ini aku kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Bandung, sedangkan Anwar dan DwiN di Fakultas Teknik, masih di Bandung juga hanya berbeda Perguruan Tinggi.
 Untuk Susi dan gadis si korban memang tidak dilanjutkan, mereka lebih memilih untuk bekerja. Dari tadi aku hanya menyebutkan gadis si korban, bagaimana kalau kali ini aku beri nama, sebut saja namanya Padi, memang aneh nama seorang wanita diberi nama padi, tapi tentunya kali ini kalian tidak perlu tahu mengapa aku membubuhkan nama itu.
Hari sudah menjelang magrib, DwiN mengantarkan Susi sampai ke pintu gerbang. Susi berlari, menenteng tas dengan ditutupkan ke kepalanya, kali itu memang hujan telah turun, langit sepertinya menangis dengan apa yang akan dialami mereka yaitu Susi, Padi dan DwiN.
Sudah hampir satu tahun lebih setelah  DwiN meninggalkan Padi, aku dan DwiN jalan-jalan, tentunya Susi kali ini ikut. Disebuah mall di Bandung, aku terperangkap dalam permainan DwiN dan Susi. Mereka menyembunyikan satu rahasiah yang mungkin menurut mereka sangat rahasiah sekali. Biarlah untuk kali ini aku dianggap tidak tahu, walaupun memang sebenarnya aku telah tahu kebenarannya. Padi wanita yang menjadi korban, ternyata berhasil menyebarkan mata-mata, dan berhasil mendapatkan nomor Hp nya DwiN. Tentu saja Padi dapat menemukan nomer DwiN, karena ia sangat dekat dengan teman lelakinya DwiN. Rudi misalnya, karena ia tidak tahu apa yang terjadi dengan DwiN, maka dengan mudahnya ia menyerahkan nomer Hp DwiN kepada Padi. Memang dalam persahabatan terkadang dapat mengesalkan juga. Kali ini DwiN bertindak brutal sehingga akhirnya Rudi harus terbaring di rumah sakit karena kepalanya bocok dipukul kunci stir oleh DwiN. Hanya saja DwiN selamat, karena segala biaya perawatan dan berobat Rudi ditanggung oleh ayahnya DwiN. Memang ayah DwiN seorang pengusaha yang sukses waktu itu, berbeda dengan kali ini yang hampir bangkrut karena keadaan ekonomi Negara ini.






3
Bohongan

Entah bagaimana caranya DwiN dan Padi dapat berhubungan kembali, mungkin kali ini ada siasat lain dari DwiN dalam menghadapi korbannya. Pertemuan mereka kali ini jadi sering lagi, entah ada apa. Padahal DwiN dan Susi kali itu sedang mesra-mesranya. Aku pun tidak mengerti dengan Susi, ia sangat misterius. Sebenarnya dulu ketika kelas tiga SMA ada kisah yang sangat menarik dan mungkin dapat menjadi aneh. Aku dan Anwar sangatlah dekat khususnya di kelas tiga. Waktu itu Kami sering melakukan hal yang menurutku hal itu kali ini sangat menjemukan. Chat atau Chating yang waktu itu sangat marak di kalangan kami, terutama semenjak dibukanya rental internet di samping sekolah kami. Aku dan Anwar sengaja mencoba-coba untuk main chat di Warnet tersebut, hingga akhirnya aku kenal dengan dua orang wanita yaitu Susi dan Mara. Memang saat itu sebenarnya antara Susi dan Anwar sudah saling kenal sejak kelas satu dulu. Aku diperkenalkan oleh Anwar pada kedua wanita itu yaitu Susi dan Mara. Anehnya antara DwiN, aku, Anwar, Susi dan Mara ditempatkan pada kelas yang sama. Mungkin sudah menjadi keharusan. Satu tahun di kelas tiga, ternyata antara Anwar dan Susi sudah menjadi satu moment yang sangat menyenangkan, mereka telah menjalin asmara yang begitu kuatnya, tanpa harus diketahui oleh teman sekelas. Hingga suatu saat ketika musim panen cengkih tiba, Anwar hampir melupakan Susi, dia sibuk dengan panennya.
Susi si gadis yang selalu tak ingin kesepian, kali ini ia mulai dikecewakan, Anwar yang biasanya tiap malam menyisihkan waktunya untuk menghubungi Susi, kali ini telah memiliki kesibukan sendiri. Dua bulan telah berlalu setelah ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru, akhirnya waktu pengumuman telah tiba, Aku, Anwar dan DwiN lulus untuk masuk Perguruan Tinggi. Susi dan Mara memang kurang beruntung, hingga akhirnya Susi memutuskan untuk bekerja, dan Mara masuk Perguruan Tinggi Swasta di Bandung.
Kisah ini menjadi aneh dengan adanya hubungan cinta segi tiga antara DwiN, Susi dan Padi. Waktu itu Anwar telah meninggalkan Susi. Ada alasan yang menurut Anwar sangatlah logis untuk meninggalkan Susi, yaitu ketika anwar menghubungi Susi lewat telepon dan berkata bahwa:
“mungkin karena doa Susi, Anwar telah lulus ujian saringan masuk Perguruan Tinggi”.
 Salahnya, Susi malah mengatakan:
“ aku tidak pernah mendoakan kamu.”
Sambil membanting telepon. Ini pun mungkin dapat dijadikan alasan yang kuat untuk Susi mengatakan hal itu, mungkin karena sikap Anwar yang akhir-akhir ini telah melupakan Susi. Akhirnya merekapun jauh dan jarang bertemu, yang menjadikan saya keheranan yaitu mengapa Susi mau-maunya dijadikan pacar ke dua oleh DwiN, sedangkan setahu saya antara Susi dan Anwar…?.
Waktu setahun telah kami lewati bersama. Anwar dengan hidup barunya dan tentunya dengan membawa luka yang mengangah di hatinya. Aku pun tahu bahwa Susi dan Anwar masih saling mencintai, hanya saja emosi dan keegoisan, mereka harus berpisah.
Bulan November tahun 2004, Susi sudah menginjak usia yang ke 19. DwiN berencana untuk mengadakan pesta kecil untuk merayakannya. Karena Susi berada di luar kota Bandung, maka DwiN mengutusku untuk menjemput Susi, dan katanya saya harus berusaha untuk membujuk Susi supaya ikut ke Bandung. Dengan tanpa sepengetahuan Anwar dan Padi, Dwin dan aku merencanakan pesta kecil itu. Aku, Susi, Mara, Giri dan DwiN berencana untuk pergi ke Lembang dan Sari Ater.
Ketika perjalanan ke Bandung, Aku dan Susi menggunankan jasa angkutan bus. Memang kali ini mungkin aku sedang beruntung dan berhasil membujuk Susi untuk ikut ke Bandung, sebagaimana rencana DwiN. Sore itu hujan sangat lebat, kami pergi juga ke Bandung, sepanjang jalan, anehnya Susi terus-menerus bercerita tentang nostalgia antara ia dengan Anwar, apalagi ketika mereka jalan-jalan katanya indah sekali dan Anwar itu sangat penuh perhatian. Kali ini aku dibingungkan lagi, sebenarnya ada apa dengan Susi, siapa sebenarnya yang dicintai Susi. kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya : “senbenarnya hubungan kamu  dengan DwiN itu bagaimana?”
“sebenarnya aku dan DwiN itu hanya untuk kesenang saja dan tidak ada yang lain, soalnya aku kesepian sih, sedangkan orang yang selama ini masih ku harapkan entah pergi ke mana, dia memang ada tapi entah hatinya untuk siapa. Dulu dia itu orangnya baik dan pengertian, hanya saja, mungkin karena cengkih sialan itu yang menyebabkan kami terpisah.” Jawabnya.
Sambil memerah mukanya kemudian ia bercerita lagi;
“aku harus bagai mana? Malam ini si DwiN ingin menciumku sebagai hadiah ulang tahunku katanya, sedangkan aku tidak menyukainya dan aku selama ini hanya simpati saja ko pada si DwiN itu.”
Dengan hadirnya cerita dan keluhan Susi ini, aku jadi makin tambah bingung, mengapa kisah ini sangat rumit, tapi aku yakin tuhan tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan kaumnya.
 Maka dari itu, aku mencoba untuk memberikan saran pada Susi supaya kamu untuk malam ini harus coba jauhi DwiN tapi harus tetap menjaga perasaannya. Aku pun jadi yakin bahwa selama ini kisah Susi dan Dwin hanyalah bohong belaka dan mungkin hanya pelarian Susi atas kepergian Anwar, sehingga Susi menerima semua kebaikan DwiN.
Di sebuah terminal bus yang ternama di Bandung, aku dan Susi turun kemudian Susi mengajaku untuk membeli makanan ringan.
 “sambil menunggu DwiN” katanya.
Di di depan serambi toko kue, kami berdiri, hujan kali ini hanya gerimis. Dari sebelah utara terlihat kendaraan yang melaju pelan dengan plat nomor yang khas yang memudahkan bagiku untuk mengenalinya.
“maaf agak lama, habis macet sih” kata DwiN sambil membuka pintu mobilnya.
Dua pintu belakang terbuka dan keluar Mara serta Giri. Rasa kangen mereka pada Susi dilepaskan dengan pelukan yang hangat dari Mara kepada Susi serta dengan ciuman pipi kiri dan kanan.
“bagaimana keadaanmu?” Tanya Mara sambil melirik pada tas yang diteng-teng Susi.
“bawa apa ?”
“saya sehat, ini ada sedikit oleh-oleh untuk kalian, bagaimana keadaan kalian?” Tanya Susi.
Sedikit perbincangan untuk kaum wanita ternyata membuatku bosan berdiri, sehinga DwiN menyegerakan untuk masuk mobil.
“ayo…sudah sore, nanti lagi ngobrolnya.”
Kami pun berlalu dengan iringan hujan yang semakin deras. Mungkin hujan itu pertanda bahawa hari itu ada dua orang yang menangis karena telah dirugikan dan dibohongi oleh kami, yaitu Padi dan Anwar.














4
Pindah

Setelah dua tahun menghabiskan waktu di kampus utara pesisir kota, akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Bandung kota. Disana aku bermaksud untuk menemani DwiN dan Anwar,  memang dulu setelah lulus SMA kami berencana tinggal untuk tinggal satu rumah. Akhirnya kami memperoleh sebuah rumah di sebuah perumahan kota Bandung.
Kasur pegas milik DwiN yang dahulu tertata rapi di kamar kostnya, kini digelar di tengah rumah. Anwar yang kali itu sedang tiduran di kasur itu, tiba-tiba bertanya :
“jika, misalnya aku memiliki pacar, kemudian keperawananya telah ku dapatkan kemudian aku tinggalkan, apakah kamu mau menjadikannya pacar ?”
Aku sejenak berfikir, apakah ia gila dan ada maksud apa.
“apa maksud kamu?, aku tak mengerti”. Kemudian dia menceritakannya;
“sebenarnya kali ini aku sedang bingung, dan tidak tahu apa yang harus ku perbuat. Dua minggu yang lalu Padi menghubungiku, katanya ia minta bantuan saya,”
“katanya ia ingin supaya kita selaku teman dekat DwiN bertanggung jawab dengan apa yang telah diperbuat DwiN terhadap Padi, waktu itu memang aku belum bertemu dengan yang namanya padi, tapi ia tahu no hp ku dari DwiN, katanya, bila ada sesuatu dan DwiN tidak dapat dihubungi, maka hubungi saja Anwar, ia sekarang tinggal serumah dengan DwiN, katanya.”
Hampir dua jam lebih Anwar bercerita tentang apa yang dialami Padi oleh DwiN, dan disanalah aku mulai mengetahui sebejad apa DwiN terhadap wanita, khususnya Padi.
Dari cerita Anwar ini aku sekarang mulai tahu segalanya dan kebenarannya. Ternyata DwiN yang saya kenal dari semenjak sekolah dasar, memiliki sifat yang sungguh tidak saya duga. Memang manusia terlahir ke dunia ini dianugrahi pikiran dan napsu, mungkin ketika DwiN dan Padi melakukan hal yang demikian itu karena napsu yang tidak dapat mereka bendung, diawali dengan tidur-tiduran, berpelukan, berciuman, piknik – naik gunung turun gunung, kemudian aksi bunuh harga diri masing-masing dengan menanggalkan semua pakaian mereka, bercampur baur piknik di atas kasur.
Seperti apa yang dikatakan Bang Napi di TV “ingat kejahatan seksual bukan terjadi karena niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan kedua pelakunya.”
Keesokan harinya setelah habis seharian bercerita tentang kisah DwiN dan Padi, pagi-pagi sekali kami terperanjat dan berkata serentak:
“si Susi……………, kita harus segera pulang dan memberi tahu Susi apa yang sebenarnya terjadi antara DwiN dan Padi.
“kali ini aku akan menyingkirkan sementara harga diriku, demi kehormatan Susi, walau pun memang dulu aku pernah bersumpah tidak akan menghubungi Susi lagi, tapi kali ini aku harus” kata Anwar.
Kami pun pergi dengan rasa was-was, apa mungkin Susi pun telah didapatkan oleh DwiN. Perjalanan pulang ke kota kami memakan waktu hampir dua jam, itu jika ditempuh dengan sepedah motor, tapi jika ditempuh oleh kendaraan umum atau mobil pribadi, mungkin hanya empat puluh lima menit, memang kali ini negara kai sedang beruntung walaupun dalam keadaan kritis, tapi masih saja ada negara tetangga yang berani memberi pinjaman untuk pembangunan jalan tol Bandung – Jakarta. Sungguh aneh, katanya negara banyak utang, tapi terus membangun dan masyarakatnya terus membeli barang-barang mewah.
Sesampainya di rumah Susi, kami memarkirkan motor tepat di bawah pohon rambutan, yang dulu ketika masih SMA pohon itu masijh kecil, tapi sekarang sudah tumbuh dengan subur. Dua tahun lebih Anwar dan Susi tidah bertemu, kali ini mungkin mereka akan melepas rindu sedikit, dan memang sebelumnya aku telah mengingatkan anwar, bahwa kali ini bukan ajang nostalgia, tapi misi kita kali ini untuk menyelamatkan Susi.
Pembicaraan pun dimulai:
“kamu jangan kaget dengan kedatangan kami, kami kesini diundang oleh hati yang sungguh kacau dan didorong dengan rasa tidak rela jika misalnya kali ini kamu masih tetap berhubungan dengan DwiN, apa kamu tahu siapa DwiN sebenarnya?” kata Anwar
“tahu, DwiN kan teman kalian dan teman aku juga” jawab Susi
“Susi,.. jangan main-main, kali ini aku serius. Sebenarnya hubungan kamu dengan DwiN sudah sejauh mana?”
“kalian itu bicara apa? Aku sama sekali tak mengerti, tunggu sebentar ya! Mau minum apa?” Tanya susi.
“apa saja asal jangan racun” jawab Anwar sambil tersenyum.
Susi pergi ke dapur dan tak lama ia datang lagi dengan membawa sirup warna merah.
“ini sirup… rasa strobery” sahut Susi.
Waktu itu suasana hening sejenak, kami bertiga saling tatap dengan tatapan kosong, mungkin karena bingung atau apa.
Anwar meminum sirup yang dibawa susi.
“Susi, kamu sudah sejauh mana hubungan dengan DwiN? Aku takut jangan-jangan kalin sudah sejauh apa yang saya takutkan, soalnya sudah ada satu korban yang kali ini telah dia tinggalkan dan kamu pun pasti tahu siapa orangnya.”
Kali itu aku hanya terdiam, menyimak apa yang akan terjadi selanjutnya



 


Demikianlah Artikel DIRACUN CINTA

the life of the muslim world DIRACUN CINTA, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.

Anda sedang membaca artikel DIRACUN CINTA dan artikel ini url permalinknya adalah https://jumro.blogspot.com/2010/09/diracun-cinta.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.

0 Response to "DIRACUN CINTA"