Penulis : PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR
judul artikel : PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR
PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR
PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR - Niat semula hanya mengisi waktu luang, Namun ternyata selain bisa menambah pemasukan buat keluarganya, Waniti Yuasman (53) bisa membuka lapangan kerja bagi karyawannya dan menambah penghasilan bagi orang lain karena memasok bahan baku buat pekerjannya.
Semula saya ini ibu rumah tangga biasa. Ketika anak saya yang terkecil sudah mausk TK, saya ingin mencari kesibukan. Walaupun anak saya seluruhnya enam orang, tetapi karena di rumah juga tinggal enam orang kakak dan adik saya, saya jadi tidak begitu repot. Semua pekerjaan rumah tangga sudah dikerjakan oleh kaka dan adik. Makanya saya ingin melakukan sesuatu, tetapi apa, saya tidak tahu,� cerita perempuan yang biasa disapa dengan panggilan Titi ini.
Ahkirnya, untuk mengisi waktu yang kosong itu, Titi mengikuti berbagai macam kursus kewanitaan. Dari mulai merias pengantin, salon, menjahit, memasak, hingga merangkai bunga basah dijalaninya. Namun, ternyata dari semua kursus yang diikutinya, Titi merasa paling cocok dengan merangkai bunga kering. Termasuk bagaimana membuat bunga dari daun lontar.
�Saya belajar dari istri asatan suami saya. Dia pintar merangkai bunga dan mengajarkan, tetapi tidak membuka took. Ternyata menurut penilaiannya, saya bisa membuat bunga dari daun lontar dan merangkainya. Lalu saya diangkat menjadi asisten dia. Namun itu hanya bertahan tiga bulan, soalnya tempatnya jauh dari tempat tinggal saya,� kata Titi mengenang kejadian tahun 1987, ketika dia mulai membuat bunga kering dari daun lontar.
Titi lalu menawarkan kepada gurunya untuk berhenti menjadi asisten, tetapi dia memasok bunga dari daun lontar untuk kepeluan mengajar. �Dia kan butuh bunga yang sudah jadi untuk mengajar. Dari pada dia menerima tawaran saya. Jadi, saya buat bunga di rumah, dan dibeli oleh dia,� cerita Titi.
Lama-kelamaan apa yang dibuat Titi terdengar juga oleh orang lain atau murid yang kursus merangkai bunga di tempat itu. Apalagi Titi membuat bunga daun lonta seperti bunga asli yang ada di alam, bukan dengan bentuk asal-asalan. Mereka memilih langsung membeli bunga dari Titi, Bukan lagi dari tempat kursus itu. Selain harganya lebih murah, mereka pun memilih dengan leluasa di rumah Titi.
Membuat bunga yang semula hanya untuk mengisi waktu luang, ahkirnya menjadi kesibukan yang luar biasa buat Titi. Apalagi ketika bunga daun lontar Titi terdengar oleh salah satu took swalayan yang terletak di dekat rumah Titi, di bilangan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Pengelola took swalayan lalu meminta Titi mengirim bunga keringnya untuk dijual di tempat tersebut.
�Semula saya menolak permintaan itu. Karena saya yakin, kalau di satu cabang toko swalayan itu produk saya diterima, pasti seluruh cabang minta dikirim juga. Saya piker saya tidak sanggup. Tetapi ternyata adik saya menyanggupi untuk mengurus transaksi ke toko swalayan itu. Ya sudah, saya sanggupi saja. Dan ternyata benar, seluruh jaringan took swalayan itu minta dikirim, ada sekitar 23 toko yang harus saya pasok,� ujar dia.
Banyaknya permintaan itu tentu saja membuat Titi memerlukan pasokan bahan baku yang besar. Padahal keika itu Titi tidak memiliki jaringan yang bisa membantu memberinya bahan baku berupa daun lontar kering. Selama ini daun lontar didapat Titi dari Bali melalui guru merangkai bunganya.
Sampai pada satu hari, Titi berjalan-jalan ke Ancol dan bertemu dengan seorang pedagang buah lontar. Pedagang itu berkata bahwa buah lontar yang di jual di Jakarta sebagian besar dipasok dari Tuban. Titi pun melihat sebuah peluang untuk minta dikirim juga daun lontar yang sudah kering.Permintaan itu disanggupi oleh pedagang buah lontar itu.
Hal yang sama juga dikatakan Titi untuk bahan baku yang lainnya, seperti ranting, daun, dan biji-bijian dari berbagai macam pohon. Jika suatu kali dia pergi dan menemukan biji atau ranting yang unik, dia langsung minta dikirimi oleh orang yang ditemuinya di tempat itu.
�Jadi, pemasok saya beragam pekerjaannya, dari yang memang pemasok besar hingga ke tukang sapu kebun. Kalau memang dia bisa mengumpulkan barang-barang yang unik, ya saya bayar. Lumayan buat dia ada penghasilan tambahan,�
BISNIS yang dilakukan Titi tanpa pemasaran ini makin lama makin besar. Karyawan yang membantu Titi dalam membuat bunga saja sampai 25 orang, belum termasuk karyawan yang menjada gerai bunga di setiap took jaringan took swalayan.
�Satu toko harus dijaga oleh 2 karyawan. Karyawan ini dari saya, bukan dari pihak took swalayannya. Jika ada 23 lokasi took swalayan yang saya isi, berarti ada 46 karyawan toko yang saya tanggung.� Ucap dia.
Namun, bukan bisnis namanya jika tidak ada hambatan atau kesulitan, dari yang tinggan hingga berat. Kesulitan yang teringan adalah menghadapi musim penghujan. Titi akan kesulitan mendapatkan bahan baku yang kering pada musim hujan.
�Sulit jika Lebaran atau Natal jatuh pada musim hujan, Pada saat itu permintaan sangat banyak, tetapi bahan baku sedikit karena banyak yang tidak kering. Proses membuat daun lontar yang siap dibentuk menjadi bunga itu membutuhkan perebusan, pencelupan, dan pengeringan berulang kali. Untuk mengatasinya, saya selalu membuat persediaan bahan baku sebanyak-banyaknya pada musim kemarau,� kata Titi/
Kesulitan yang paling berat terjadi pada tahun 1998 ketika banyak lokasi toko swalayan di mana produknya dijual dijarah atau dibakar massa pada kerusuhan Mei tahun itu. Bunga Titi pun banyak yang hancur atau hilang. �Total kerugian lebih dari Rp 50 juta. Sejak itu saya jadi takut, dan tidak mau mengisi lagi di semua lokasi took swalayan itu,� ujar Titi. Hanya toko-toko yang letaknya dekat dan penjualnya baik saja yang diisi oleh Tuti.
Akibat kejadian itu Titi jadi agak mengerem kelanjutan bisnisnya. Apalagi dia merasa tidak mempunyai target untuk mencari uang karena anak-anaknya sudah banyak yang bekerja. Selain itu, dia tidak mempunyai sopir lagi untuk mengantar bunga-bunga itu ke berbagai tempat.
�Kebetulan suami saya pensiun, jadi dia yang menjadi sopir. Tetapi setelah suami saya meninggal awal tahun ini, saya tidak punya lagi orang yang bisa mengantar-antar. Jadi sekarang hanya di satu lokasi pasar swalayan saja yang saya isi.� Kata Titi, yang saat ini dibantu oleh lima karyawan dalam membuat PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR.
Walau hanya satu toko yang diisi, bukan berarti tidak ada lagi pekerjaan rumah Titi. Masih banyak orang yang dating mencari bunga kerumahnya. Belum lagi dia menerima pesanan dari adiknya yang menjadi pemasok bunga kering di beberapa took swalayan besar.
�Bisnis saya sekarang hanya murni membuat bunga kering dan merangkainya. Kalau diminta mengirim, saya tidak sanggup. Biar demikian, ternyata masih banyak saja orang yang memesan bunga,� kata Titi, yang tidak pernah melakukan usaha khusus untuk memasarkan atau memamerkan bunga hasil kerjanya itu.
Demikianlah Artikel PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR
the life of the muslim world PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "PELUANG USAHA DARI DAUN LONTAR"
Post a Comment