Penulis : Mengenal Seni Tari dan Jenisnya
judul artikel : Mengenal Seni Tari dan Jenisnya
Mengenal Seni Tari dan Jenisnya
Mengenal Seni Tari dan Jenisnya
Penulis: Paula
Seni tari merupakan gerak tubuh secara ritmis atau
berirama yang dilakukan pada waktu dan tempat tertentu untuk mengungkapkan
perasaaan, pikiran, sebagai hiburan, bentuk rasa syukur, dan persembahan. Tari biasanya
diiringi dengan bunyi – bunyian yang biasa disebut dengan musik pengiring tari.
Musik pengiring tari ini mengatur gerakan penari sekaligus memperkuat maksud
yang ingin disampaikan dari tarian tersebut. Rahasia Trading Forex
Gerakan dalam seni tari berbeda dengan gerakan dalam
kehidupan sehari – hari seperti berjalan, bersenam atau berlari karena gerak di
dalam seni tari bukan gerak yang realistis, tetapi gerak yang sudah diberi
bentuk estetis dan eskpresif sehingga akan nampak indah jika dilihat.
Sebuah tarian sebenarnya adalah perpaduan dari beberapa
macam unsur yaitu unsur wiraga (tubuh), wirasa (rasa), dan wirama (irama).
Ketiga unsur ini berpadu menjadi satu dalam bentuk tarian yang harmonis dan
indah. Unsur utama dalam seni tari adalah gerak. Gerak dalam seni tari tentu
selalu melibatkan unsur – unsur anggota tubuh manusia. Unsur – unsur anggota
tubuh tersebut dalam membentuk gerakan seni tari bisa berdiri sendiri,
bersambungan, maupun bergabung.
Seni tari memiliki keragaman jenis. Seni tari digolongkan
menjadi tari klasik, tari rakyat, dan tari kreasi baru. Dansa sebenarnya
termasuk dalam seni tari. Namun dansa adalah tari yang berasal dari kebudayaan
yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita dengan berpelukan atau
berpengangan tangan sambil diiringi alunan musik. Sementara itu, jenis seni
tari jika dibedakan berdasarkan koreografinya dibedakan menjadi tari tunggal,
tari berpasangan, dan tari group.
Tari tunggal atau solo adalah tari yang dilakukan oleh
seorang penari, baik penari perempuan maupun laki – laki. Tari yang biasa
diperagakan secara solo misalnya adalah Tari Golek dari Jawa Tengah.
Tari berpasangan atau duet adalah seni tari yang
dilakukan oleh dua orang secara berpasangan. Seni tari yang biasa dimainkan
secara berpasangan contohnya adalah Tari Topeng dari Jawa Barat.
Tari kelompok atau grup adalah tari yang dilakukan lebih
dua orang, jadi bisa tiga orang, lima orang, atau bahkan lebih. Contoh tari
yang dimainkan secara berkelompok misalnya Tari Kecak dari Bali.
2
Sejarah
Seni Tari di Nusantara
Penulis: Paula
Perjalanan seni tari di nusantara memang sangatlah
panjang. Perkembangan dan bentuk seni tari di Indonesia sangta erat kaitannya
dengan perkembangan kehidupan masyarakat di Indonesia, baik ditinjau dari
struktur kedaerahan maupun dalam ruang lingkup negara kesatuan.
Jika ditinjau dari perkembangan negara Indonesia sebagai
negara kesatuan, perkembangan tersebut tentu tidak terlepas dari latar belakang
masyarakat Indonesia pada jaman dulu. Salah seorang pengamat seni pertujukkan
Asia Tenggara dari Eropa, James R.
Brandon membagi perkembangan budaya di Asia tenggar menjadi empat periode yaitu
periode pra sejarah sekitar 2500 SM sampai 100 M, periode 100 M sampai 1000 M
dimana masuknya kebudayaan India, periode 1300 M sampai 1750 M dimana pengaruh
islam mulai masuk, dan periode 1750 M hingga berakhirnya perang Dunia II.
Menurut salah seorang peneliti seni pertunjukkan di
Indonesia, Soedarsono (1977) menjelaskan bahwa perkembangan seni pertunjukkan
tradisional di Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya besar dari luar.
Menurut pendapat Soedarsono tersebut, perkembangan seni
tradisional di Indonesia dibagi menjadi periode pra pengaruh asing dan masa
pengaruh luar. Namun, jika ditinjau dari perkembangan masyarakat di Indonesia
sampai saat ini, masyakarat sekarang adalah masyarakat Indonesia dalam ruang
lingkup sebagai negara kesatuan.
Perkembangan masyarakat dan kesenian termasuk seni taru
bukan perkembangan yang terputus – putus namun saling berkesinambungan. Menurut
Edi Sedyawati (1981), perkembangan tari di Indonesia mengalami lima tahap
yaitu:
1. Kehidupan terpencil dalam wilayah – wilayah etnik dimana setiap suku
memiliki seni tarinya masing – masing.
2. Masuknya pengaruh kebudayaan luar sebagai unsur asing bagi seni tari lokal
3. Penembusan secara sengaja terhadap batas – batas etnik
4. Gagasan tentang perkembangan seni tari untuk taraf nasional
5. Pencarian nilai – nilai dari seni tari
Walaupun demikian, setiap suku di Indonesia belum tentu
mengalami tahapan tersebut. Bahkan, mungkin masih ada daerah – daerah tertentu
di Indonesia yang masih dalam tahap pertama. Pada masa pra kerajaan, masa ini
identik dengan masa pra Hindu atau masa pra pengaruh asing. Seni pertunjukkan
dengan pengaruh pra kerajaa ini masih banyak ditemukan di derah pedalaman yang
masih menganut kepercayaan animisme, penyembahan kepada nenek moyang, dan
binatang.
3
Jenis – Jenis Seni Tari Tradisi di indonesia
Penulis: Paula
Seni tari di Indonesia memperlihatkan kekayaaan dan
keanekaragaman budaya Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki banyak sekali
tari – tarian yang indah dan memiliki makna tertentu. Berdasarkan tradisinya,
seni tari di Indonesia dibagi menjadi dua macam yaitu tari tradisional yan
masih dibagi lagi menjadi beberapa sub kategori dan tari kontemporer.
Tari tradisional adalah sebuah bentuk seni tari yang
sudah ada sejak lama. Tarian ini merupakan warisan dari nenek moyang yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, biasanya sebuah tarian
tradiisonal memiliki nilai filosofis, religius, dan simbolos. Selain itu semua
aturan busana, ragam gerak tari tradisional, formasi, dan tata riasnya tidak
mengalami banyak perubahan dari aslinya. Tari tradisional dibagi menjadi dua
macam yaitu tari tradisional klasik dan tari tradisional kerakyatan
Tari tradisional klasik dulunya dikembangkan oleh para
penari di kalangan bangsawan istana sehingga tariannya sangat formal. Aturan –
aturan tarian dalam jenis tari tradisional klasik biasanya sudah baku atau
tidak boleh diubah – ubah. Ciri – ciri seni tari tradisional klasik adalah gerakannya
anggun, indah, dan busananya biasanya mewah dan gemerlap. Fungsi tari
tradisional klasik adalah sebagai sarana untuk penyambutan tamu kehormatan
kerjaan atau sebagai sarana dalam upacara adat. Beberapa contoh tari
tradisional klasik adalah Tari Topeng Kelana dari Jawa Barat, Sang Hyang dari
Bali, Bedhaya Srimpi dari Jawa Tengah, dan Pakeran dan Pajaga dari Sulawesi
Selatan.
Tari tradisional kerakyatan sesuai dengan namanya jenis
tarian tradisional ini berkembang di kalangan rakyat biasa. Biasanya, gerakannya
tarinya mudah ditarikan bersama dengan iringan musik. Berbeda dengan tari
tradisional klasik, busananya cukup sederhana. Jenis tarian ini biasanya
dilakukan saat perayaan – perayaan tertentu sebagai tari pergaulan. Beberapa
contoh tari tradisional kerakyatan misalnya tari payung dari Melayu, tari Lilin
dari Sumatera Barat, dan Jaipongan dari Jawa Barat.
Jenis tari tradisional yang kedua adalah tari kreasi
baru. Jenis tari ini sudah lepas dari standar tari baku karena dirancang sesuai
dengan kreasi penata tari yang disesuaikan dengan kondisi tetapi masih tetap
menjaga nilai artistiknya.
4
Sejarah Seni Tari Jaipongan dari Jawa Barat
Penulis: Paula
Negara Indomesia memang memiliki banyak sekali kebudayaan
yang dilahirkan oleh para nenek moyang, termasuk seni tari. Salah satu seni
tari dari Indonesia yang cukup populer adalah Tari Jaipong dari Jawa Barat.
Jaipong atau Jaipongan merupakan aliran seni tari yang
muncul dari hasil kreativitas seorang seniman asal Bandung bernama Gugum
Gumbira yang sangat memperhatikan kesenian rakyat. Salah satu kesenian rakyat
yang menjadi perhatiannya adalah Ketuk Tilu. Dari Ketuk Tilu, ia belajar
mengenal pola – pola gerakan tari tradisi yang ada pada Ketuk Tilu atau
Kliningan. Gerak – gerak bukaan, nibakeun, pencugan, dan beberapa gerakan
mincid dari bebera kesenian cukup menginsipirasi untuk mengembangkan seni tari
yang kini populer dengan nama Jaipong. Tari Jaipong sebagai tari pergaulan
telah berhasil menjadi tarian yang populer dan begitu digemari oleh para masyarakat
di Jawa Barat dan bahkan hingga di luar daerah Jawa Barat.
Jika menyebut kata Jaipongan, sebenarnya Jaipongan tidak
hanya mengingatkan kita pada sejenis tari Sunda yang menarik dengan gerakan
yang dimanis. Tangan, pinggul, dan bagu selalu menjadi bagian utama dalam pola
gerak tari yang lincah dan diiringi dengan pukulan kendang. Para penari wanita
juga selalu memperlihjatkan senyum manis dan kerlingan mata di sepanjang
tarian. Tari pergaulan tradisi Sunda ini sudah muncul para akhir era 70an yang
popularitasnya masih hidup sampai saat ini di tengah masyarakat.
Sebelum seni tari Jaipong muncul, tari pergaulan ini
dipengaruhi oleh beberapa hal yang melatarbelakangi bentuk tarian ini. Misalnya
di Jawa Barat sendiri tari pergaulan adalah pengaruh dari Ball Room dimana
pertunjukkan snei tari pergaulan tidak pernah lepas dari keberadaan pamogoran
dan ronggeng. Dalam tari pergaulan, ronggeng tidak lagi berfungsi dalam
kegiatan upacara, namun hanya sebagai hiburan. Dalam seni pertunjukkan
keberadaan ronggeng menjadi daya tarik untuk menarik simpati para pamogoran
atau penonton yang terlibat akti dalam seni pertunjukkan. Gerakan – gerakan
dasar tari Jaipong selain dipengaruhi oleh Ketuk Tilu juga dipengaruhi oleh
Topeng Banjet, Ibing Bajidor, Tayuban, dan Pencak Silat.
5
Kesenian Tari Langen Mandra Wanara
Penulis: Paula
Tari Langen Mandra Wanara merupakan salah satu seni tari
dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Tari ini termasuk drama tari Jawa yang
menggunakan materi tari tradisional klasik gaya Yogyakarta. Dalam drama tari
ini digambarkan banyak wanara atau kera. Drama tari ini sebenarnya hanya
berfungsi sebagai hiburan semata. Sebenarnya, Langen Mandra Wanara adalah
perkembangan dari drama tari yang sudah ada sebelumnya yaitu dari Langendriya
yang sumbernya berasal dari Serat Damarwulan. Baik Langendriya dan Langen
Mandra Wanara sama – sama dipentaskan dalam bentuk tari dengan posisi jongkok
atay jengkeng disertai dengan dialog berupa tembang macapat. Perbedaan antara
Langendriya dengan Langen Mandra Wanara adalah lakon atau cerita yang
dibawakan. Jika lakon yang dibawakan dalam tari Langendriya bersumber dari
Serat Damarwulan, maka tari Langen Mandra Wanara berasal dari cerita Ramayana
seperti Senggana Duta, Subali Lena, Rahwana Gugur, dan cerita lainnya dalam Ramayana.
Menurut cerita, kesenian tari Langen Mandra Wanara ini
telah mengalami masa kejayaannya pada saat pemerintahan Sri Sultan HB VI. Pada
saat itu, di istana selalu ada kegiatan gladen tari atau karawitan setiap malam,
kecuali saat bulan Ramadhan karena bulan tersebut adalah bulan yang suci,
sehingga gladen tari dan kerawitan ditiadakan untuk sementara. Sebagai
penggantinya, setiap malam ada pembacaan serat babad yang dilagukan dengan
tembang macapat. Isinya menceritakan tentang tokoh – tokoh babad dan segala
suri tauladannya.
Karena setiap bulan Ramadhan yang bertugas membaca serat
babad hanya satu orang, KRT Purwodiningrat mengusulkan gagasan agar pembacaan
dilakukan oleh beberapa orang sehingga setiap orang memiliki peran sebagai
tokoh dalam cerita yang ada dalam babad. Gagasan tersebut disambut baik karena
pembacaan serat babad akan jadi lebih hidup. Kemudian, Pangeran Mangkubumi juga
memiliki gagasan agar para pembaca serat babad juga mengenakan kostum yang
sesuai dengan tokoh yang akan dibacanya. Perkembangan selanjutnya, pembacaan
babad disertai dengan tari – tarian.
Jumlah penari yang dibutuhkan untuk mementaskan seni tari
Langen Mandra Wanara adalah 45 orang dimana 30 orang menjadi penari, 13 orang
menabuh gamelan, satu orang dalang, dan satu orang waranggana.
6
Sejarah Tari Ronggeng Gunung Dari Jawa Barat
Penulis: Paula
Ronggeng Gunung merupakan tarian khas yang ada di Ciamis.
Sebenarnya, Ronggeng Gunung hampir sama dengan ronggeng secara umum, yaitu
sebuah kesenian tradisional dengan seorang atau beberapa orang penari. Tarian
tersebut biasanya diiringi dengan gamelan dan kawih pengiring atau nyanyian.
Penari utama Ronggeng Gunung adalah seorang perempuan yang mengenakan sebuah
selendang. Selendang yang digunakan saat menari tersebut selain digunakan
sebagai kelengkapan dalam menari juga digunakan untuk menarik lawan (biasanya
laki – laki) untuk ikut menari bersama dengan cara mengalungkan selendang
tersebut ke lehernya.
Sebenarnya ada beberapa versi tentang asal mula tarian
Ronggeng Gubung. Versi yang pertama mengatakan bahwa tarian ini diciptakan oleh
Raden Sawunggaling. Konon, saat kerajaan Galuh tengah kacau balau karena
mendapat serangan musuh, Raja terpaksa harus mengungsi ke daerah yang aman dari
musuh. Dalam keadaan yang demikian, muncul seorang penyelamat bernama Raden
Sawunggaling. Atas kebaikan Raden Sawunggaling, Sang Raja tersebut menikahkan
Raden Sawunggaling dengan putrinya, Puti Galuh. Ketika Raden Sawunggaling
menguasai pemerintahan, ia mencitpakan tarian yang dinamakan dengan Ronggeng
Gunung sebagai hiburan resmi di istana. Para penarinya dipilih dengan ketat
oleh raja. Penari – penari tersebut juga harus memiliki kemmapuan menyanyi,
menari, dan cantik, sehingga pada saat itu penari ronggeng memiliki status
terpandang di masyarakat.
Versi sejarah seni tari Ronggeng Gunung yang kedua
menceritakan tentang putri yang ditinggal mati kekasihnya. Sang Putri siang dan
malam terus meratapi kematian kekasihnya. Ketika putri tersebut menagisi
jenasah kekasihnya yang telah mulai membusuk tersebut, datang beberapa pemuda
yang ingin menghiburnya. Pemuda – pemuda tersebut menari mengeliling putri
tersebut sambil menutup hidung mereka karena bau busuk mayat. Akhirnya Sang
Putri pun ikut menari dan menyanyi bersama pemuda – pemuda tersebut dengan nada
melankoles. Adegan tersebut banyak yang digunakan sebagai dasar gerakan –
gerakan pada Ronggeng Gunung saat ini.
Perlu diketahui bahwa untuk menjadi seorang penari
ronggeng pada jaman dahulu tidaklah mudah. Selain harus memiliki bentuk tubuh
yang bagus, penari ronggeng juga harus kuat puasa 40 hari dimana setiap buka
puasanya hanya makan dua buah pisang raja, latihan nafas agar suaranya lebih
baik, latihan fisik, dan rohani yang dibimbing oleh ahli.
7
Jenis – Jenis Tari Sang Hyang
Penulis: Paula
Penduduk Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu sangat
percaya dengan adanya roh halus yang baik dan jahat serta alam yang memiliki
kekuatan magis. Untuk menetralisir dan mengimbangi keadaan tersebut, masyarakat
mengadakan upacara yang biasa dilengkapi dengan tarian yang bersifat religius,
salah satu tarian religius di Bali adalah Tari Sang Hyang.
Tari Shang Yang merupakan sebuah tarian sakral yang
digunakan sebagai pelengkap dalam upacara untuk mengusir wabah penyakit dan
sarana pelindung dari ancaman kekuatan ilmu hitam. Seni tari yang merupakan
sisa – sisa dari kebudayaan pra Hindu ini biasanya ditarikan dua orang gagis
yang masih kecil dan dianggap masih suci. Sebelum menari Sang Hyang, penarinya
juga harus menjalankan beberapa pantangan, diantaranya tidak boleh berkata
kotor dan kasar, tidak boleh mencuri, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh
melewati bawah jemuran pakaian.
Satu hal yang menarik dari kesenian tari Sang Hyang ini
adalah pemainnya mengalami trance ketika pementasan. Dalam keadaan tersebut,
mereka menari – nari di atas bara api dan kemudian berkeliling desa dengan
tujuan untuk mengusir wabah penyakit. Pertunjukkan ini biasa dilakukan saat
malam hari hingga tengah malam.
Seni tari yang menjadi ciri khas bagi
masyarakat Bali ini terdiri dari beberapa macam yaitu Sang Hyang Dewa atau Sang
Hyang Dedari, Sang Hyang Deling, dan Sang Hyang Penyalin.
Sang Hyang Dedari merupakan tarian yang
ditarikan oleh satu atau dua gadis kecil. Sebelum menari, biasanya diadakan
upacara pengasapan yang diiringi dengan nyanyian dengan musik gending pelebongan
sampai mereka menjadi tidak sadar. Dalam keadaan tidak sadar tersebut, si
penari akan diarak dengan peralatan yang disebut joli.
Sang Hyang Deling merupakan tarian yang
dilakukan oleh dua gadis sambil membawa deling atau boneka yang terbuat dari
daun lontar yang dipancangkan di atas bambu.
Sang Hyang Penyalin berbeda dengan
jenis tari Shang Hyang lainnya. Tarian ini ditarikan oleh seorang laki – laki
sambil mengayunkan sepotong penyalin atau rotan panjang dalam keadaan yang
tidak sadar.
8
Seni Tari Legong dari Bali
Penulis: Paula
Bali memang memiliki banyak tari – tarian yang indah,
salah satu tarian yang terkenal selain tari Pendet adalah tari Legong. Tari
Legong atau biasa disebut dengan tari Legong Keraton ini merupakan salah satu
tarian khas Bali yang sangat indah mulai dari pakaiannya hingga gerakan –
gerakan tariannya yang sangat dinamis. Semua mata penonton pasti tidak akan
berkedip untuk menikmati tiap – tiap gerakan dalam tarian tersebut. Tari Legong
Keraton merupakan salah satu tarian klasik di Bali yang memilki gerakan yang
sangat komplek dan juga terikat dengan struktur tabuh pengiring yang katanya
mendapatkan pengaruh dari Tari Gambung.
Legong Keraton terdiri dari 2 kata yaitu kata legong dan
kata keraton. Kata legong diperkirakan berasal dari kata leg yang berarti
tarian dengan gerak yang luwes dan lemah gemulai. Sedangkan kata gong berarti
gamelan. Maka, Legong Keraton bisa diartikan sebagai sebuah tarian kerajaan
yang diiringi engan gemalen. Istilah Legong Keraton diduga merupakan
perkembangan dari tari Sang Hyang. Pada
mulanya tari Legong berasal dari Tari Sang Hyang yang juga merupakan tari
improvisasi. Kemudian gerakan – gerakan improvisasi tersebut ditata, dan
dikomposisikan sesuai dengan irama gamelan. Gerakan – gerakan yang membangun
Tari Keraton tersebut disesuaikan dengan gamelan sehingga membuat tari Legong
Keraton menjadi tarian yang dinamis, indah, dan abstrak. Biasanya gamelan yang
digunakan untuk mengiringi tari Legomg adalah gamelan gong kebyar.
Tari Legong sendiri jenisnya memang bermacam – macam.
Namun di antara jenis – jenis tersebut, Legong Keraton merupakan tari Legong
yang paling populer dan sering dipentaskan dalam pertunjukkan wisata.
Tari Legong Keraton banyak dikembangan di Peliatan.
Tarian Legong Keraton yang baku biasanya ditarikan oleh seorang condong dan dua
orang legong. Condong tampil terlebih dahulu, baru kemudian disusul dua legong
yang akan menarikan legong lasem. Legong Keraton mengambil dasar dari cerita
Panji yaitu tentang keinginan raja Lasem untuk meminang putri Kerajaan Daha,
Rangkesari. Namun, Raja Lasem berbuat tidak terpuji dengan cara menculiknya.
Putri Rangkesari pun menolak pinangan adipati Lasem karea ia sudah terikat
dengan Raden Panji. Raja Kadiri yang mengetahui adiknya diculik menyatakan
perang dan pergi ke Lasem. Adipati Lasem
sebelum berperang harus menghadapi serangan dari burung garuda pembawa maut.
Adipati Lasem berhasil meloloskan diri, namun ia kemudian tewas saat bertempur
melawan raja Daha.
9
Perkembangan Tari Saman di Aceh
Penulis: Paula
Tari Saman merupakan salah satu kesenian tari daerah Aceh
yang paling populer sampai saat ini. Tari Saman sebenarnya berasal dari dataran
tinggi tanah Gayo. Pada jaman dulu, seni tari ini biasanya hanya ditampilkan
untuk merayakan peristiwa – peristiwa penting yang ada di dalam adat masyarakat
Aceh. Biasanya, tarian tersebut juga ditampilkan untuk memperingati kelahiran
Nabi Muhammad.
Nama Saman pada tarian ini diperoleh dari nama salah satu
ulama besar yang dulu ada di Aceh yaitu Syech Saman. Kesenian tari Saman
biasanya dipentaskan dengan iringan alat musik. Alat – alat musik tersebut
berupa gendang dan suara – suara dari pada penarinya yaitu dengan melakukan
tepuk tangan dan dikombinasikan dengan memukul pangkal paha dan dada sebagai
sinkroninasi dan mengembaskan tubuh ke berbagai arah. Tari Saman ini dipimpin
oleh seseorang yang biasa disebut dengan Syech. Dalam menampilkan tari Saman,
kuncinya adalah ketepatan waktu dan keseragaman formasi karena ini merupakan
tarian yang dilakukan secara berkelompok. Apalagi tempo dalam tari Saman juga
dapat dibilang cepat sehingga para penarinya juga harus memiliki konsentrasi
yang tinggi dan berlatih serius agar bisa tampil secara maksimal.
Tarian yang dilakukan secara berkelompok ini dilakukan
sambil bernyanyi dengan posisi duduk berbanjar dan berlutut tanpa menggunakan
alat musik pengiring. Pada mulanya, tarian ini banyak ditarikan oleh para pria
karena kedinamisan gerakan tariannya. Namun, seiring dengan perkembangannya,
saat ini tari Saman sudah banyak ditarikan oleh wanita maupun campuran penari
pria dan wanita. Tari Saman biasanya dilakukan oleh 10 orang yaitu 8 orang
menjadi penari dan 2 orang berperan sebagai pemberi aba – aba.
Pada mulanya, Tari Saman digunakan sebagai media untuk
dakwah. Tarian ini mencerminkan keagamaan, pendidikan, kepahlawanan, sopan
santun, kebersamaan, dan kekompakan. Lagu dan syair yang digunakan dalam tarian
ini adalah bahasa daerah Aceh dan Arab. Saat ini Tari Saman dimainkan pada
acara – acara resmi di Aceh seperti pembukaan sebuah festival, penyambutan tamu
– tamu antar Kabupaten atau Negara, dan acara formal lainnya.
10
Sejarah Tari Serimpi
Penulis: Paula
Tari Serimpi merupakan salah satu jenis tari tradisional
klasik yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Seni tari ini selalu
dibawakan oleh empat orang penari karena istilah srimpi itu sendiri bermakna
empat. Namun, pada tari Srimpi Renggowati, jumlah penarinya ada lima orang.
Nama serimpi juga dapat dikaitkan dengan kata impi yang berarti mimpi karena
menyaksikan tarian yang lemah gemulai selama 45 menit sampai 1 jam tersebut
membuat para penontonnya seolah dibawa ke alam mimpi.
Keempat penari
Serimpi sendiri melambangkan empat unsur utama dunia yaitu grama (api), toya
(air), angin (udara) dan bumi (tanah). Selain itu, empat penarinya juga
melambangkan arah mata angin yaitu Utara, Selatan, Barat, dan Timur.
Sebagai tari klasik istana, tari serimpi dimainkan di
lingkungan keraton Yogyakarta. Seni tari Serimpi adalah seni yang adiluhung dan
dianggap sebagai pusaka Keraton. Tema yang diperlihatkan pada tarian ini
sebenarnya hampir sama dengan tema yang digunakan pada tari Bedhaya Sanga yaitu
sama – sama menggambarkan tentang pertikaian dua hal yang bertentangan yaitu
antara benar dan salah, baik dan buruk, dan antara akal dan nafsu manusia.
Tari serimpi dimainkan oleh empat orang putri. Selain
melambangkan mata angin dan unsur dunia, mereka juga memiliki nama peranan
masing – masing yaitu Batak, Gugu, Dhada, dan Buncit. Penari membentuk segi
empat sebagai lambang tiang Pendapa.
Kemunculan seni tari Serimpi konon berawal dari masa
Kerajaan Mataram saat pemerintahan Sultan Agung. Tarian ini dianggap sebagai
tari yang sakral karena hanya boleh dipentaskan dalam lingkungan Keraton untuk
acara- acara formal.
Pada tahun 1775, Mataram pecah menjadi dua yaitu
Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Perpecahan ini akhirnya juga
berdampak pada tari Serimpi. Tari Serimpi di Yogyakarta terdiri dari Serimpi
Dhempel, Serimpi Babul Layar, dan Serimpi Genjung. Sementara itu, di Kesultanan
Surakarta, tari Serimpi dibagi menjadi Serimpi Bondan, dan Serimpi Anglir
Mendung. Walaupun tari Serimpi sudah ada sejak lama, kesenian tari ini baru
dikenal oleh masyarakat mulai tahun 70an karena sebelumnya tarian tersebut
tidak diperlihatkan untuk masyarakat biasa.
Demikianlah Artikel Mengenal Seni Tari dan Jenisnya
the life of the muslim world Mengenal Seni Tari dan Jenisnya, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "Mengenal Seni Tari dan Jenisnya"
Post a Comment