Penulis : Sejarah Pesugihan Gunung Kawi
judul artikel : Sejarah Pesugihan Gunung Kawi
Sejarah Pesugihan Gunung Kawi
Sejarah
Pesugihan Gunung Kawi
Penulis: Paula
Gunung Kawi
merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia yang terletak di Jawa Timur. Gunung
Kawi saat ini digunakan sebagai obyek wisata karena keunikan pemandangan di
gunung ini yang sangat mirip dengan pemandangan negeri tiongkok jaman dulu.
Disana terdapat banyak bangunan berarsitektur khas Tiongkok dan terdapat sebuah
klenteng untuk bersembahyang bagi masyarakat Tionghoa.
Setiap harinya
ratusan orang Tionghoa dan pribumi datang ke Gunung Kawi. Dari sekian banyak
orang yang datang ke Gunung Kawi beberapa diantaranya datang untuk mendapatkan
pesugihan. Di Gunung Kawi terdapat makam Eyang Jugo yang dipercaya sebagai
tempat untuk meminta pesugihan. Eyang Jugo adalah salah satu pengikut setia
Pangeran Diponegoro dan seorang ahli agama yang menyebarkan agama Islam pada
masa itu. Pada awalnya, makam tersebut tidak dikenal sebagai tempat untuk
mencari pesugihan sampai datangnya seorang pria dari Cina bernama Tamyang.
Berdasarkan
cerita, Eyang Jugo pernah berkunjung ke daratan Cina. Disana dia bertemu dengan
seorang wanita hamil yang tengah kehilangan suaminya. Kemudian Eyang Jugo
tersebut membantu keadaan ekonomi wanita hamil yang hidup dalam kemiskinan
tersebut.
Perempuan
tersebut sangat senang dan mengucapkan terima kasih atas bantuan dari Eyang
Jugo. Saat Eyang Jugo akan kembali ke Jawa, dia berpesan agar jika anak janda
tersebut sudah besar diminta untuk datang ke Gunung Kawi. Anak janda tersebut
diberi nama Tamyang. Ketika Tamyang datang ke Gunung Kawi pada era 40an, dia
hanya menemukan makam Eyang Jugo karena Eyang juga sudah wafat.
Tamyang ingin
membalas kebaikan Eyang Jugo yang sudah mau berbuat baik pada ibunya di Cina.
Oleh sebab itulah, ia merawat makam Eyang Jugo dengan baik. Pria Cina
tersebut selalu merawat makam Eyang Jugo
dan juga membangun tempat sembahyang gaya Cina. Sejak saat itulah semakin
banyak peziarah yang datang berkunjung ke Gunung Kawi dan berziarah ke makam
Eyang Jugo. Namun anehnya, banyak diantara para pengunjung tersebut yang datang
dengan tujuan untuk mencari pesugihan bukannya belajar tentang bagaimana agar
menjadi orang yang bijak seperti Eyang Jugo.
4
Pesugihan
Gunung Kemukus
Penulis: Paula
Pesugihan
Gunung Kemukus tentu bukan hal yang asing lagi ditelinga. Ngalap berkah di
Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah ini ibarat melakukan pesta seks karena
mengikuti jejak Pangeran Samudro yang berzinah dengan ibu kandunganya sendiri
sehingga saat ini muncul pesugihan yang katanya harus melakukan hubungan intim
di tempat tersebut, baik dengan pasangan sendiri ataupun pasangan sewaan.
Ritual
pesugihan ini dilakukan oleh para pelaku yang ingin mendapat jalan pintas dan
cepat agar menjadi kaya. Di Gunung Kemukus ini, banyak orang datang dari
berbagai daerah untuk mencari pasangan dan melakukan ritual pesugihan tersebut.
Ritual ini merupakan semacam tradisi yang sesat yang tidak dibenarkan oleh
ajaran agama apapun.
Dalam sebuah
aturan yang tidak resmi, setiap peziarah yang datang berziarah ke makam Samudro
wajib datang ke tempat tersebut sebanyak 7 kali da biasanya dilakukan setiap
malam Jumat Kliwon atau malam Jumat Pon dan melakukan hubungan suami istri
dengan orang yang bukan pasangan yang sah.
Ritual seks di
Gunung Kemukus tersebut ada yang menganggap hanya sebuah cerita rakyat daerah.
Pada jaman dahulu, dikisahkan ada seorang pangeran bernama Pangeran Samudro.
Pangeran tersebut berasal dari Majapahit. Namun versi lain ada yang mengatakan
bahwa pangeran tersebut berasal dari kerajaan Pajang.
Berdasarkan
cerita tersebut, Pangeran Samudro jatuh cinta pada ibunya sendiri, Dewi
Ontrowulan. Ayahnya yang mengetahui hal tersebut murka dan mengusir Pangeran
Samudro sampai pada akhirnya Pangeran Samudro sampai ke Gunung Kemukus. Tidak
lama kemudian, ibunya datang menyusul karena rindu pada anaknya.
Kemudian, ibu
dan anak tersebut akan melakukan hubungan intim namun dipergoki oleh
warga.Warga pun merajam mereka berdua sampai keduanya meninggal dunia. Ibu dan
anak tersebut dikuburkan dalam satu liang lahat di tempat itu juga. Sebelum
mengembuskan nafas terakhirnya, Pangeran Samudro berpesan bahwa siapa saja yang
melanjutkan hubungan intim yang tidak terlaksana tersebut akan terkabul semua
permohonanya.
Dari legenda
tersebut, ritual di Gunung Kemukus dijadikan sebagai ajang pesta seks untuk
mendapatkan pesugihan. Jika permohonannya terkabul, pasangan yang berhubungan
intim tersebut harus bertemu lagi untuk melakukan syukuran dan selamatan. Jika
tidak, maka pasangan tersebut akan miskin kembali atau justru mengalami celaka.
5
Pesugihan Nyi
Puspo Cempoko di Rembang
Penulis: Paula
Pesugihan atau
ngalap berkah dari Nyai Puspo Cempoko merupakan salah satu jenis pesugihan yang
cukup dikenal oleh masyarakat Rembang. Dalam pesugihan yang satu ini, seorang
lelaki yang ingin mendapat pesugihan harus bersedia menjadi suami dari siluman
ghaib tersebut dan melakukan hubungan suami istri setiap malam Jumat Kliwon.
Jika hal ini dilakukan oleh pelaku pesugihan maka Nyi Puspo tersebut akan
memberikan harta yang berlimpah pada pelaku pesugihan sehingga pelaku pesugihan
ini tidak akan mengalami kekurangan harta benda.
Nyai Puspo
Cempoko adalah makhluk ghaib terkenal penungu daerah Kabongan, Rembang. Bagi
orang – orang yang memiliki ilmu kebatinan, tempat tersebut memiliki unsur
magis yang sangat tinggi. Beberapa orang sering berkunjung ke tempat tersebut
untuk berziarah dengan tujuan tertentu. Menurut cerita, mereka datang ke
Kabongan untuk ngalap berkah atau meminta kekayaan dari mahkluk ghaib tersebut.
Konon, banyak
para peziarah yang datang ke Kabongan yang dikabulkan permohonannya sehingga
mendadak menjadi kaya raya. Berdasarkan cerita yang beredar, kekayaan tersebut
tidak diberikan oleh makhluk tersebut dengan cuma – cuma atau gratis karena Nyai
Puspo Cempoko meminta beberapa imbalan yang harus dipenuhi oleh pada para
pelaku yang ingin mendapatkan kekayaan darinya. Menurut cerita, syarat yang
diajukan oleh mahkluk tersebut adalah menjadi suami dari makhluk ghaib tersebut
untuk bersetubuh dan juga memenuhi persyaratan lain.
Pelaku pesugihan
harus mau menjadi suami dari siluman ghaib tersebut dan harus mau melayani
kebutuhan seksual dari Nyai Puspo untuk berhubungan intim tiap malam Jumat Kliwon.
Untuk menyalurkan hasrat seksualnya itu, makhluk tersebut juga meminta
disediakan kamar khusus dimana tidak ada seorang pun yang boleh masuk kecuali
makhluk tersebut dan si pelaku pesugihan.
Selain itu,
Nyai Puspo Cempokok juga masih meminta imbalan lain kepada pelaku pesugihan yaitu
pelaku harus menyiapkan sesaji yang berupa kembang wangi, jajanan pasar,
bakaran kemenyan madu, dan kelapa hijau. Semua sejasi tersebut harus disediakan
tiap malam dan tidak boleh ada satu unsur pun yang dilupakan.
Demikianlah Artikel Sejarah Pesugihan Gunung Kawi
the life of the muslim world Sejarah Pesugihan Gunung Kawi, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan the life of the muslim world kali ini.
0 Response to "Sejarah Pesugihan Gunung Kawi"
Post a Comment